PUTRI NADYA SARI
XI MIPA 2
Aku merupakan seorang aktivis lingkungan di daerah Depok,
Jawa Barat, Indonesia.Aku mendapat
dukungan dari Pemda dan KLHK. Hingga saat ini aku sudah membentuk 9 komunitas di setiap masing-masing
Kelurahan di Depok. Kegiatan yang mereka lakukan tidak hanya berdampak
pada lingkungan sekitar
tetapi juga berdampak
memberikan lapangan pekerjaan
baru bagi para masyarakat sekitar
yang menganggur karena menggabungkan
konsep konservasi, edukasi, dan wisata alam pada sungai. Pada suatu hari aku pergi berlibur selama tiga minggu
ke Bali untuk menemui saudara sepupu yang menetap di sana tepatnya
di Denpasar Bali. Hari ini tepat sudah aku seminggu
di Bali. Awalnya aku terkejut
melihat kakakku membuang sampah pada sungai di belakang rumahnya bagaimana bisa air sungai yang begitu Jernih ditimpa dengan
sampah dapur." Kok sampah dapur
dibuang ke sungai belakang rumah Kak?", tanyaku pada kakak yang sedang membuang sampah di sungai belakang
rumah. "Terus sampah ini dibuang kemana
Dik jika tidak di sungai?", jawab kakakku, menanya
balik padaku.
"Ya seharusnya dibuang di tempat sampah Kak bukan di
sungai", kataku menjawab pertanyaan kakak." Mana ada tempat
pembuangan sampah di sekitar sini, tempat pembuangan sampah ya di sungai, orang di sini sudah terbiasa untuk membuang
sampah di sungai, karena
memang di sini tidak ada tempat pembuangan sampah", tuturnya. Aku pun terdiam mendengar perkataan kakak mencoba
berdamai dengan keadaan ini . Di satu sisi aku
adalah seorang aktivis lingkungan dan di lain sisi kakakku ada benarnya juga,
tidak ada fasilitas membuang
sampah di sekitar
kampung ini. Esoknya aku mencoba menyisir
sungai di belakang rumah keadaannya memang memprihatinkan
sampah berserakan. Semua orang
sepertinya membuang apa saja yang tidak berguna ke sungai ini bahkan tinja pun dibuang
di sini. "Apakah toilet kita ini mengarah ke sungai Kak?" Tanyaku memastikan hal itu
"Ya benar toilet itu mengarah ke sungai, karena kalau dibuat lubang WC di tanah, nanti airnya malah masuk ke sumur. Kemudian air yang kita pakai jadi terkontaminasi", terang kakakku. "Tetapi kak Allah melihat apa yang kita lakukan sekecil apapun itu, walau kakak membuang secuil sampah itu bisa menjadi catatan untuk kita. Walau hanya kita berusaha untuk membuang sampah itu juga dinilai oleh-Nya", jawabku dengan lantang. Seketika jawaban itu membuat Kakak merinding. Kakak tak menyangka aku bisa menjaga tangan dari hal-hal buruk seperti itu . Walau dari secuil sampah yang dibuang sembarangan. Keesokan harinya aku berencana jalan-jalan dengan pergi ke pantai bersama kakakku. Jaraknya tak jauh dari rumah, kira-kira 4 kilometer . Sesampainya di sana aku tidak lagi terkejut dengan keadaan pantai . Aku sudah menduga bahwa banyak sampah berserakan di bibir pantai .
"Inilah sampah sampah
yang kita buang di sungai kemarin. Sampah ini mengotori pantai dan tidak hanya itu pasti lautan juga
pasti akan terkontaminasi oleh sampah tersebut", kataku kepada kakak di sampingku. Ia kemudian
memandang kearah pantai, sudah sangat lama ia
tak pergi ke pantai meskipun jarak rumahnya dan pantai tidak terlalu
jauh. Sepertinya disini perlu
pendidikan dan penyadaran mengenai laut dan sampah plastik yang dilakukan oleh lintas kementerian seperti
KKP, KLHK dan Kemenko Maritim. Bali memang merupakan destinasi
wisata yang banyak disukai pelancong
domestik maupun mancanegara. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK), provinsi Bali menghasilkan
915,5 ribu ton timbulan sampah sepanjang tahun 2021. Ini menjadikan Bali sebagai
provinsi penghasil sampah terbesar ke-8 di Indonesia.
Jika dirinci berdasarkan wilayahnya, timbulan sampah
di Bali paling
banyak berasal dari Kota
Denpasar, yakni 349,5 ribu ton pada tahun 2021. Namun, tingginya aktivitas
konsumsi masyarakat lokal dan turis di
provinsi tersebut menghasilkan timbulan sampah yang cukup banyak.
Ternyata masalah ini terjadi di banyak tempat tidak hanya
di Bali. Bahkan ibu kota Indonesia
pun juga begini. Karut marut pengelolaan sampah belum bisa diatasi. Ada apa sebenarnya dengan
sampah ? Bahkan
Indonesia masuk urutan
kedua penyumbang sampah
plastik terbanyak. Dan bagaimanakah cara memecahkan masalah ini? Mungkin
sebagian orang masih menganggap
membuang sampah sembarangan itu hal kecil, tetapi tanpa mereka sadari pemikiran mereka lah yang membuat negeri ini tidak
dapat maju. Tindakan yang dapat diambil merupakan
dengan memperbanyak sosialisasi tentang membuang sampah yang benar seperti membuang sampah
pada tempatnya, memisahkan sampah organik maupun anorganik, serta mengolah atau mendaur ulang sampah dengan baik .
Masih teringat jelas kata kata itu di pikiran , sedangkan yang diajak bicara diam entah memikirkan apa. Mungkin menyesali tindakan
membuang sampah ke sungai atau menyesal dengan
tidak membuat lubang toilet di tanah. Yang pasti kebiasaannya itu sedikit demi sedikit bisa diubah. Mereka bukan tidak
mau tetapi belum mau, kebiasaan buruk sekecil
apapun itu jika dibiarkan pasti akan menjadi. Langkah pertama yang akan
kuambil adalah menemui ketua RT agar melakukan sosialisasi terhadap masalah ini kepada masyarakatnya, dengan demikian ketua RT
dapat mengumpulkan masyarakatnya pada hari
yang ditentukan. Hari dimana diadakannya sosialisasi telah tiba, hampir
semua masyarakat dikampung ini hadir,
bahkan kepala desa pun juga turut membantu acara ini. Sosialisasi pun dimulai dengan pembukaan dan sambutan dari kepala
desa kemudian dilanjutkan penyampaian sosialisasi. Materi yang disampaikan ini
tidak hanya menyampaikan cara untuk membuang,
mengolah, dan mendaur
ulang sampah dengan baik, tetapi juga mengajak masyarakat untuk bergotong royong
membersihkan sampah disekitar sungai dan membuat toilet yang layak untuk dipakai serta agar tidak mencemari
sumur. Dengan cara ini sampah di Bali dapat berkurang sedikit demi sedikit
.
Tentu saja setiap keinginan pasti butuh proses yang panjang. Sudah dua minggu dari kegiatan sosialisasi dilakukan. Sampah plastik di sungai sudah mulai menghilang meskipun masih ada satu atau dua sampah yang masih ikut mengalir di sungai belakang rumah. Pembangunan toilet juga sudah selesai dengan adanya bantuan dari pemerintah, sekarang setiap rumah ada toilet yang layak untuk dipakai dengan nyaman. Dan dengan dibangunnya pamsimas air tidak akan terkontaminasi lagi. Masalah belum sepenuhnya selesai tetapi waktu terus berjalan aku harus kembali ke Depok hari ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar